Media NU – Dalam rangka menyemarakkan malam 1 syuro Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Kota Denpasar mengadakan kegiatan serasehan yang bertempat di Warung Cantrik (Langgar Santri Nusantara ) Jln Dewata, ubung , Denpasar Utara, Senin (9/8).
Acara ini diisi oleh praktisi budaya dan seniman provinsi Bali seperti Yoga cahyadi pengurus pimpinan pemuda muhamadiyah wilayah Bali sebagai narasumber sejarah kejawen, dengan fokus pada korelasi kejawen dengan Islam dalam perspektif kejawen ke masa depan milenial, Mpu mamngmong selaku praktisi pembuat keris muda dan senjata tajam, Yoyok harness seniman musik sufi dan mas nanto seniman sruling.
Munajaturrahman, S.Sos Ketua Lesbumi Kota Denpasar menjelaskan dengan rinci tentang kilas balik sejarah lahirnya perayaan 1 Syuro di Indonesia
Dalam sejarahnya, kalender Masehi ada pada zaman nabi Isa. Kemudian ada Kalender Saka yang bertepatan dengan tahun 95 Masehi atau sebelum abad pertama. dan di tahun 1633 oleh sultan Agung yang merupakan raja Mataram Islam yang ketiga, diasimilasi atau digabungkan dengan kalender hijriyah sehingga menjadi kalender Jawa dan ada tambahan seperti mettu dan kalender pertanian, sedangkan untuk perayaan sendiri banyak menggunakan bubur merah putih.
“Esensinya yang utama, di awal pergantian tahun ini semoga kedepannya diberikan yang lebih baik lagi. Tentang hidangan yang ada, hal ini merupakan media sodaqah bukan kesyirikan sedangkan dupa adalah wewangiyan saja bahkan produksi terbesarya ada di Arab” tuturnya.
Acara ini juga dilengkapi dengan istighasah, Shohibul Anam, pembacaan doa awal tahun tahun dan dilanjutkan dengan doa akhir tahun
Hadir dalam acara tersebut ketua PCNU Kota Denpasar, H. Pujianto, S. Adm dan ikut mengapresiasi terhadap proses penyelenggaraan acara LESBUMI Kota Denpasar.
“LESBUMI sebagai tempat berkumpulnya para seniman dan budayawan diharapkan mampu bisa berkembang dan generasi muda bisa paham akan tradisi-tradisi nusantara kita serta mampu mengerti akan adanya filosofi akan budaya kita sendiri, karena kita di Indonesia adalah negara yang berbudaya,” tuturnya
Proses acara ini merupakan acara gabungan yang dimulai setelah Ashar dengan berdoa akhir tahun dan dilanjutkan setelah Maghrib dengan pembacaan doa awal tahun dan istighasah yang diparipurnai dengan serasehan.***
Kontributor : Almer Ramli Puhamsyah
Editor : Khazin